Memahami Sikap Manipulatif Dalam Toxic Relationship Di Seri Web Layangan Putus

Penulis : Anggi Puspitasari1, Ayu Aprida2, Vivid Indri Yulistia3

120601205401, 119601254282, 120601205563

 Akhir-akhir ini, serial layangan putus menjadi topik hangat di kalangan muda sampai dewasa. Layangan Putus merupakan Serial Drama Indonesia hasil dari produksi MD Entertainment yang disutradarai oleh Benni Setiawan. Seri web ini diangkat dari sebuah kisah nyata yang sempat viral di media sosial beberapa tahun lalu.

Seri web ini menceritakan seorang kisah istri yang bernama Kinan yang memiliki seorang suami yang bernama Aris. Kinan selalu merasa rumah tangganya adalah seperti suatu layangan, sedangkan Aris dan dirinya adalah sebagai tuan. Kinan dihadapkan dengan suatu kenyataan bahwa Aris memiliki kekasih lain di belakangnya; mengancam rumah tangganya menjadi layangan putus yang tak tentu arah.

Kelakuan Mas Aris di serial layangan putus ikut membuat penonton tersulut emosi. Selain selingkuh, Mas Aris juga memiliki sifat yang manipulatif terhadap istrinya. Sikap manipulatif pada serial layanan putus dapat dilihat pada eps 6 dimana mas Aris memutar balik kan fakta.

“Semenjak hamil, kamu jadi curigaan dan marah-marah mulu ya. Aku kerja buat kamu dan Raya” – Mas Aris

Dalam adegan di episode 6, Kinan sudah memiliki bukti yang kuat tentang perselingkuhan suaminya yaitu Mas Aris. Namun, Mas Aris tetap berusaha menyangkal dan berbohong. Bahkan ia menyalahkan Kinan karena terlalu curiga dan bertindak jauh dalam mencari bukti.

Dalam sebuah hubungan, sikap manipulatif termasuk ke dalam toxic relathionship. Toxic relationship merupakan suatu hubungan yang tidak sehat dan tidak menguntungkan. Hubungan toxic juga dapat diartikan dengan hubungan yang memiliki suatu perilaku yang beracun pada suatu hubungan yang memiliki dampak pada emosi dan fisik pada pasangan (Solferino & Tessitore, 2019). Toxic relationship ini bisa terjadi pada hubungan pertemanan, hubungan keluarga, dan bahkan hubungan pada percintaan. Toxic relationship ini banyak sekali mengangkat suatu kasus yang tak jarang membuat orang-orang lebih membuka mata, hati, dan pikiran mereka agar lebih peka terhadap kasus toxic relationship ini, terlebih lagi toxic yang dilakukan pada suatu hubungan dalam percintaan. Toxic pada love relationship banyak menggemparkan orang-orang dikarenakan banyaknya yang merasa telah melalui suatu hubungan yang toxic  pada hubungannya, dan salah satunya perilaku atau sikap yang sering dilakukan oleh pasangan yang toxic adalah melakukan suatu tindakan perilaku manipulatif.

Perilaku manipulatif merupakan perilaku yang dilakukan oleh seseorang agar mencapai suatu keinginnanya, yang dimana perilaku ini dapat merugikan orang lain. Biasanya seseorang yang manipulatif akan mengendalikan pikiran dan perilaku seseorang untuk mendapatkan keuntungannya. Orang yang memiliki sifat manipulatif ini akan menyerang bagian mental dan sisi emosional orang lain, dan akan membuat orang lain tersebut merasa bersalah hingga akan meragukan dirinya. Manipulatif dalam hubungan biasanya ditandai dengan seringnya pasangan memutar balikan fakta, tindakan, keinginan dan mengungkit kesalahan yang telah lalu, hal ini dilakukan agar membuat pasangannya jadi merasa bersalah.

Manipulasi merupakan bentuk jenis sosial yang bertujuan mengubah perilaku atau persepsi seseorang dengan melakukan kekasaran, penipuan, dan penyembunyian fakta (Braiker & Harriet, 2004). Manipulasi tersebut dipakai untuk melindungi dirinya dengan membalik fakta atau menyerang orang lain dalam berbagai macam cara. Korban dari perilaku manipulatif biasanya sulit menolak permintaan pelaku karena adanya tekanan fisik maupun psikis. Di samping itu, pelaku juga kerap menanamkan keraguan pada korban yang dimanipulasi agar dia tidak bisa berpikir dengan jernih dalam memutuskan sesuatu.

Sikap manipulatif dapat memicu hubungan yang tidak sehat dan merusak semuanya, ini dibuktikan dengan beberapa hal.

  1. Memberikan Silent Treatment

Tindakan ini dilakukan untuk memberikan efek jera terhadap pasangan dengan tujuan pasangan akan dihantui rasa bersalah dan merasa dirinya tidak penting.

  1. Melakukan Guilt Tripping

Guilt tripping merupakan kata yang digunakan untuk membuat orang lain merasa bersalah. Istilah ini juga untuk menunjukkan sikap yang sering menyalahkan orang lain. Sikap ini dapat meyakinkan pasangan agar merasa bersalah atas tindakan yang sebenarnya bukan salah dia. Misalnya saja dengan ucapan seperti, “Kalau kamu sayang aku, seharusnya kamu melakukan apa yang aku minta.”

  1. Suka Memutarbalikkan Ucapan

Seringkali ketika bertengkar pasangan mengungkit ngungkit masa lalu sehingga menimbulkan perasaan bersalah terhadap pasangan nya. Hal ini juga merupakan sikap manipulatif dalam suatu hubungan.

Alasan sesorang memiliki sikap manipulatif yaitu kemungkinan memiliki gangguan kepribadian, trauma pada masa lalu, tumbuh dari keluarga yang memiliki sifat manipulatif, takut kehilangan dan lain sebagainya. Mereka yang memiliki sikap manipulatif belum tentu sepenuhnya jahat. Bisa jadi dikarenakan kondisi kesehatan mental yang harus memerlukan dukungan dari orang sekitar maupun dukungan secara professional.

Penting bagi seseorang untuk memeriksa dan mengetahui apakah mereka memiliki hubungan yang sehat atau tidak dengan orang lain. Berikut tanda-tanda orang yang memiliki sikap manipulatif yang harus kita ketahui, diantaranya:

  1. Berbohong

Orang yang memiliki sifat manipulatif ini akan terus berbohong dan menyembunyikan suatu fakta yang ada pada dirinya. Ketika melakukan suatu kesalahan, sulit sekali untuk mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat, dalam series Layangan Putus juga bisa kita lihat bahwa Aris terus-terusan berbohong dan tidak mengakui atas kesalahan perselingkuhan yang ia perbuat.

  1. Menyangkal dan menghindar

Orang yang manipulatif akan terus menyangkal atas kesalahan yang telah diperbuatnya, sekalipun itu memiliki suatu bukti yang cukup kuat, mereka akan terus menyangkal. Mereka yang memiliki sikap manipulatif juga akan terus menghindari ketika akan membicarakan masalah. Ini juga dilakukan oleh Aris terhadap Kinan, ia terus menyangkal bahwa ia tidak berselingkuh, dan malah mengatakan bahwa Kinan gila karena sudah menuduhnya selingkuh.

  1. Menyalahkan dan merendahkan orang lain

Orang yang manipulatif akan menyalahkan orang lain ketika mereka melakukan suatu kesalahan. Mereka yang memiliki sifat manipuatif juga akan merendahkan orang lain dengan mengungkapkan segala kekurangan yang ada di diri orang lain.

  1. Mengintimidasi dan bertindak seperti korban

Orang yang manipulatif  akan mengintimidasi sang korban seolah-olah korban yang salah, dan pelaku akan bertindak seolah-olah sebagai korban. Biasanya pelaku yang manipulatif ini akan menunjukkan sikap yang menderita pada dirinya.

Kita tidak boleh gegabah dalam melabeli apakah mereka manipulatif atau tidak. Kita harus memastikan hal ini berulang kali agar tidak terjadi kesalahpahaman. Jangan ragu untuk memisahkan diri dari pasangan, teman atau lingkungan sekitar yang memiliki sikap manipulatif. Hal ini bertujuan untuk kesehatan diri dan mental kita. Jika terasa sulit untuk mengatasinya, silahkan konsultasi kepada psikolog atau tenaga professional lainnya.

Itulah tadi pembahasan mengenai arti sikap manipulatif. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi pengetahuan baru bagi pembaca.

 

Daftar Pustaka

 

Braiker, Harriet B. (2004). Who’s Pulling Your Strings? How to Break The Cycle of Manipulation. New York: McGraw-Hill.

https://wetv.vip/id/play/4hnro1bn80yiweb-Layangan-Putus/u0041iv2hmk-EP02A-Layangan-Putus

Nepryakhin, N. (2019). Classification of Vulnerability Factors in the Process of Psychological Manipulation. International Conference on the Advanced Research in Social Science.

Nevy (2021). Penjelasan, Ciri, dan Cara Menghadapi Pelaku Manipulasi. Diakses pada 27 oktober 2021. https://www.orami.co.id/magazine/sikap-manipulasi/

Nurlaila Effendy (2019). “pendekatan psikologi positif pada toxic . relationship”(dipresentasikan dalam seminar mahasiswa psikologi UNY, 20 Desember 2019) https://www.uny.ac.id/berita/pendekatan-psikologi-positif-pada-toxic-relationship   (Diakses pada 23 juni 2020)

Solferino, N., & Tessitore, E. (2019). Human networks and Toxic Relationship. MPRA Paper No. 95756.

Syafira, A. B. L., Surwati, C. H. D., & Sos, S. (2022). Representasi Toxic Relationship dalam  Film.

 

About admincip admincip

Check Also

Pendekatan Health Belief Model Untuk Menganalisis Kepentingan Vaksinasi Covid-19 Pada Mahasiswa

oleh Ayu Aprida, Anggi Puspitasari, Mughni Hidayati, Tiara Gustriani, Ivan M. Agung, Desma Husni Fakultas …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *